Hercules Jatuh, Pemerintah Akan Perbarui Alutsista

Wakil Preside Jusuf Kalla

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa pemerintah akan memperbarui alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara bertahap. Hal ini disampaikan Kalla saat menjawab pertanyaan mengenai upaya pemerintah melakukan evaluasi setelah jatuhnya pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara di Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6/2015).

"Rencananya, pemerintah memperbarui alutsista kita secara bertahap. Kalau pesawat angkut, baru beli pesawat (tipe) CN," ucap Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa.

Wapres mengakui bahwa pesawat Hercules yang jatuh tersebut adalah pesawat tua. Usia burung besi yang digunakan TNI AU tersebut sudah mencapai 50 tahun.

"Memang ini pesawat tua, sudah 50 tahun, tetapi ini mau di-retrofit. Semua memang kita punya 20 Hercules," kata Kalla.

Menurut dia, tentara Indonesia baru mulai membeli pesawat pada tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an, masuklah pesawat Hercules.

"Waktu zamannya Bung Karno dan zaman Jenderal Yusuf tahun 1960-an itu awal-awal Hercules," sambung Kalla.

Mengenai asuransi bagi anggota TNI yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini, Kalla menyatakan bahwa tidak ada asuransi bagi pesawat militer. Kendati demikian, pemerintah menyampaikan belasungkawa atas kejadian ini. Menurut laporan terakhir yang Kalla terima, puluhan prajurit TNI jadi korban kecelakaan tersebut.

Sejauh ini, Kalla belum berniat untuk meninjau langsung lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Medan. Menurut perkiraan sementara, pesawat tersebut diduga jatuh karena masalah teknis.

"Ya namanya pesawat militer atau pesawat sipil bisa karena sebab teknis, manusia, atau alam. Namun, ini kelihatannya karena teknis. Saya baca laporannya, dia (pesawat) mau kembali," ujar Kalla.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan, pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6/2015), buatan Amerika Serikat tahun 1964. Pesawat itu jatuh dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo pada pukul 12.08 WIB ketika akan menuju Tanjung Pinang. Pesawat tersebut akan mengantar logistik ke beberapa pangkalan udara TNI AU.

Sumber: Kompas.com

Sebanyak 91 Jenazah Sudah Ditemukan dari Hercules yang Jatuh



Petugas gabungan melakukan proses pencarian korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, 30 Juni 2015. Pesawat itu jatuh dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo pada pukul 12.08 ketika hendak menuju Tanjung Pinang

MEDAN, KOMPAS.com - Hingga Selasa (30/6/2015) pukul 23.00 WIB, tim gabungan sudah berhasil menemukan 91 jenazah korban Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, ke kamar mayat RSUP H Adam Malik Medan.

"Sampai saat ini sudah 91 jenazah dievakuasi. Dan, 23 jenazah sudah teridentifikasi identitasnya. Dua puluh tiga jenazah sudah teridentifikasi berdasarkan identitas yang di dapat di dalam saku pakaian jenazah," kata Kompol A Tarigan, Bagian Humas Polda Sumut, yang melayani informasi di depan ruang jenazah.

Tarigan menyebut dari jumlah tersebut, satu jenazah atas nama Pelda Tek Agus P, sudah dibawa pulang oleh keluarga ke rumah duka.

"Tadi jenazah Pelda Tek Agus P sudah dibawa keluarga. Selain memang sudah ditemukan identitas dipakaiannya, juga sudah ditunjuk atau diyakini oleh keluarga kebenaran jenazahnya," kata Tarigan, kemarin.

Hingga berita ini dikirim, ratusan orang masih mengerumuni ruang jenazah. Beberapa keluarga korban juga masih berdatangan untuk memberikan keterangan dan ciri-ciri keluarga mereka kepada petugas jaga.

Sebelumnya, Ketua Disaster Victim Identification (DVI) Provinsi Sumatera Utara Kombes Setyo Pranoto mengatakan, proses identifikasi jenazah korban baru akan mereka mulai hari ini.

"Hari ini kami sudah bisa menerima informasi-informasi kondisi korban sebelum meninggal dari keluarga. Setelah lengkap informasi (antemortem) kemudian akan kita lakukan pemeriksaan postmortem, mulai tes DNA, ciri-ciri gigi atau yang lain-lain," katanya.

Setyo tidak bisa memastikan kapan proses identifikasi selesai. Menurutnya, waktu untuk mengidentifikasi satu jenazah sangat variatif. Tergantung dari informasi yang diberikan para keluarga korban.

"Kalau sudah ada informasi dari keluarga korban, bisa saja hitungan jam bisa diidentifikasi. Jadi, kami nggak bisa sebut berapa lama akan selesai," ujar Setyo, yang juga menjabat Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Biddokes) Polda Sumut.

Tim DVI, yang akan mengidentifikasi jenazah korban, sebanyak 50 orang, terdiri dari Mabes Polri, Polda Sumut dan tenaga ahli forensik kesehatan dari RSUP Adam Malik, dan RS Dr Pirngadi Medan.

Setyo menambahkan, sebagian besar kondisi jenazah utuh dan mengalami luka bakar. "Tapi saya belum lihat semua jenazah. Apakah ada atau tidak wajah jenazah yang masih bisa dikenali, saya belum lihat semua," katanya.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan menyantuni warga sipil yang menjadi korban jatuhnya pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.

"Tentu warga sipil, pemerintah akan menyantuni, tergantung kondisinya. Kita belum tahu aturannya," kata Kalla, di Kantor Wakil Presiden Jakarta, kemarin. (Feriansyah)

Sumber:KOMPAS.COM

Kerusakan Mesin Sebab Jatuhnya Hercules C130



MEDAN - Saat meninjau korban jatuhnya pesawat di RSUP H Adam Malik Medan, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkapkan sampai saat ini bukti menyatakan pilot minta return to base atau kembali ke pangkalan.

"Setiap pilot yang meminta kembali, pasti ada yang rusak. Pada saat akan kembali itulah, terjadi peristiwa ini," katanya, kepada wartawan, Selasa (30/6/2015).

Berdasarkan analisa Kasau, kerusakan bisa terjadi di mesin, namun bisa juga hidrolik. Tapi pengalaman pesawat Hercules yang terjadi seperti ini, karena ada kerusakan di salah satu mesin.

"Di dalam pesawat hanya ada anggota dan keluarga. Sampai saat ini yang saya tahu, laporan ada 101 penumpang dan 12 kru yang terdiri dari tiga penerbang, satu navigator, dan delapan teknisi," terangnya.

Dalam penerbangan ini, kata Kasau, keluarga dan anggota TNI AU yang ikut penerbangan tidak dikenakan biaya apapun. "Jika ada bukti dikomersialkan, kami akan pecat oknum yang terlibat," tukasnya.

Namun, menurut pengakuan salah seorang kerabat mendiang Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing yang bertugas sebagai provost di kepolisian, bahwa kedua keponakannya tersebut membayar tiket dan dibayar oleh orangtuanya yang bertugas sebagai Babinsa di Pulau Natuna.

Masing-masing sebesar Rp800 ribu per orang. Jadi totalnya Rp1.600.000. "Kalau naik pesawat komersil satu jutaan satu orang mahal. Makanya mereka naik pesawat tersebut," tuturnya sambil menunjukan foto kedua ponakannya yang masih duduk di kelas III SMA Ignatius dan Kelas II SMP Ignatius.

Sumber: SINDOnews

Pesawat Hercules TNI AU Jatuh di Medan


MEDAN, KOMPAS.com — Pesawat Hercules milik TNI AU dikabarkan jatuh di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Selasa (30/6/2015).

Lokasi jatuhnya pesawat jenis angkut militer ini persis di dekat Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, bekas Bandara Polonia Medan.

Belum diketahui penyebab pesawat itu jatuh dan apakah terdapat korban selamat dalam peristiwa naas tersebut.

Hingga kini, proses evakuasi masih terus dilakukan untuk mencari korban selamat.

Menurut seorang warga yang bernama Guntur, dia kebetulan melihat kejadian saat berada di dalam kediamannya di Jalan Pales. Dia melihat pesawat Hercules itu menukik ke daerah perumahan

Sumber : Kompas.com

Tak Ada Yang Mau Serang Rusia


WASHINGTON - Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia, Michael McFaul meminta kepada Rusia untuk bersikap tenang terkait penyebaran sistem pertahanan di sepanjang negara Baltik. Menurutnya, hal tersebut tidak akan membahayakan Rusia.

Dirinya menuturkan, tidak akan ada satu pihakpun yang berniat menyerang Rusia. "Rusia harus bersikap santai tentang penyebaran sistem pertahanan NATO di dekat perbatasan Rusia," kata McFaul di akun Twitter pirbadinya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (28/6/2015).

McFaul turut mengatakan, dirinya berharap para pemimpin NATO dapat bersikap realistis dan tenang, dengan tidak menggagap Rusia sebagai musuh, dan berusaha menyerang Rusia. Dirinya berpendapat, para pemipin NATO adalah orang waras, jadi seharusnya mereka tidak menyerang Rusia.

"Tidak ada orang bodoh yang memimpin negara anggota NATO. Karena, hanya orang bodoh yang berpikir bahwa mereka dapat menyerang Rusia. Kita hanya bisa berharap bahwa para pemimpin NATO memang berisi orang-orang wajar dan pragmatis." imbuhnya.

Hubungan Rusia dan NATO sendiri memang terus memanas, terlebih saat NATO mulai menempatkan pasukan dan alat-alat tempur mereka di negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia. NATO berkilah, penempatan itu merupakan permintaan negara yang bersangkutan, karena khawatir dengan agresi yang dilaklukan Rusia.


(esn)

source: SINDOnews

Heli Malaysia Mendarat Ilegal di Sebatik, Komisi I: Kita Protes Keras !


Jakarta - Sebuah helikopter Malaysia dilaporkan mendarat ilegal di pos pengamanan perbatasan (pamtas) di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Komisi I DPR pun protes keras dan meminta ada tindakan tegas.

"Yang melanggar harus kita ambil tindakan tegas. Kita protes keras! Kalau melanggar wilayah kita, ya usir," kata Wakil Ketua Komisi I Asril Tanjung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (29/6/2015).

Meski begitu, Asril mengingatkan bahwa diplomasi tetap harus diutamakan. Alasan helikopter itu mendarat darurat harus diselidiki.

Heli tersebut hanya mendarat selama 3 menit dan langsung meninggalkan landasan pacu. Pihak TNI AU tak bisa melakukan pengejaran langsung sebab di wilayah Kaltara tidak ada pesawat tempur yang stand by.

Asril pun menyoroti keberadaan alutsista di kawasan perbatasan yang dianggap masih kurang. Oleh sebab itu, jumlahnya harus ditingkatkan.

"Peralatan alutsista kita masih minim. Oleh sebab itu, program Menhan kita dukung untuk tingkatkan alutsista. Supaya tidak dianggap sebelah mata," ucap politikus Gerindra ini.

Pesawat sipil dengan logo Grand 9M-YMH diketahui menerobos wilayah kedaulatan Indonesia di Pulau Sebatik pada Minggu (28/6) kemarin. Setelah sempat hanya berkeliling-keliling melintasi Pos Koki, helikopter sipil tersebut tiba-tiba mendarat di helipad yang berada di Pos Pamtas RI-Malaysia Yonif 521/Dadaha Yudha (DY).
 

(imk/tor)
Sumber: detik.com

Pakar: Kesepakatan Militer AS-Tiongkok Akan Mengancam Kepentingan Rusia


Foto:Reuters
AS dan Tiongkok baru saja menandatangani kesepakatan kerja sama terbaru terkait dialog militer. Berdasarkan laporan media Tiongkok, ini merupakan kesepakatan pertama yang ditandatangani dalam beberapa tahun terakhir. Sementara, pakar Rusia yakin bahwa saat ini kesepakatan tersebut hanya sekadar formalitas. Namun, mereka yakin bahwa segala bentuk pendekatan antara AS dan Tiongkok di tengah konfrontasi Moskow dan Barat bertentangan dengan kepentingan Rusia.

Kesepakatan baru terkait kerja sama militer yang ditandatangani oleh Washington dan Beijing berpotensi mengacaukan upaya Rusia untuk membina ikatan yang lebih erat dengan Tiongkok, demikian disampaikan pakar Rusia.

Perwakilan dari Kementerian Pertahanan AS dan Kementerian Pertahanan Tiongkok telah menandatangani kesepakatan terkait mekanisme aktivitas angkatan bersenjata mereka saat berkoordinasi untuk misi kemanusiaan dan reaksi terhadap situasi darurat, Jumat (12/6) lalu. Kedua pihak selanjutnya berencana menandatangani kesepakatan terkait keamanan nasional pada akhir September, untuk mengurangi insiden yang kerap terjadi antara angkatan bersenjata kedua negara di laut dan udara.

Militer Amerika menyebutkan bahwa kesepakatan tersebut akan membuat kedua negara memiliki pemahaman yang lebih baik dan menurunkan risiko konfrontasi yang tak disengaja. Sementara, Tiongkok menyebut kesepakatan tersebut sebagai langkah besar dalam hubungan Tiongkok dan AS. Mereka juga berencana menggelar latihan militer bersama pada 2016.

'G2' dan 'Chimerika'

Pakar Rusia menilai penandatanganan kesepakatan tersebut menunjukkan posisi Washington dan Moskow dalam perhitungan geopolitik Tiongkok. Hal itu secara khusus berkaitan dengan pendekatan Rusia dan Tiongkok setelah Rusia menghadapi konfrontasi dengan Barat.

Profesor Vladimir Korsun dari Departemen Studi Asia di Moscow State Institute of International Relations menyebutkan bahwa untuk saat ini penandatanganan kesepakatan tersebut sepertinya hanya formalitas belaka. Ia menambahkan bahwa Tiongkok dan AS sudah menandatangani kesepakatan militer sejak 1980-an.

Pakar percaya bahwa meski kesepakatan tersebut tak mengindikasikan Washington dan Beijing membentuk aliansi militer, hal itu menunjukan karakter hubungan antara Tiongkok dan AS. Sebagai contoh, Korsun menyebutkan bahwa secara de facto, mereka telah membentuk G2 (AS dan Tiongkok). Ia menyinggung konsep realistik 'Chimerika' yang diperkenalkan oleh sejarawan dan profesor Harvard Niall Ferguson, teori yang mengandaikan kehadiran ruang eknomi tunggal antara Amerika-Tiongkok.

Korsun menyebutkan pada pertengahan 2000-an mayoritas pakar politik Rusia memprediksi konflik masa depan antara Tiongkok dan AS adalah hal yang tak terhindarkan, dan Rusia harus menjaga jarak serta 'menonton pertempuran antara dua harimau' dari jauh. Namun, ramalan tersebut tak terwujud dan penandatanganan kesepakatan Amerika-Tiongkok ini merupakan bukti bahwa hal tersebut tak mungkin terjadi saat ini. Oleh karena itu, Korsun yakin jika hubungan Moskow dan Washington semakin memburuk, Tiongkok tak akan berada di sisi Rusia.

Segitiga Moskow-Washington-Beijing

Di saat yang sama, beberapa pakar percaya bahwa Tiongkok dan AS tak mungkin menciptakan aliansi. Akan tetapi, hal tersebut tak membuat posisi Rusia menjadi lebih baik. Wakil Direktur Institute of Political and Military Analysis Alexander Khramchikhin menyebutkan, segitiga Rusia-AS-Tiongkok adalah sebuah hubungan yang rumit. Dalam konfigurasi tersebut setiap negara memainkan peran yang kontradiktif terhadap dua negara lainnya, dan langkah untuk menciptakan ikatan yang lebih erat antara dua negara akan menentang kepentingan pihak ketiga. Meski sulit untuk membayangkan aliansi sungguhan antara dua negara di antara segitiga tersebut, konvergensi taktis antara Washington dan Beijing membuat Moskow semakin kekurangan ruang untuk bermanuver.
Pemimpin Redaksi Majalah Export Vooruzheny Andrei Frolov juga percaya bahwa kesepakatan Tiongkok-Amerika merupakan tanda bahwa Tiongkok dan AS mulai membina hubungan yang lebih erat. Namun, ia menggarisbawahi bahwa dalam beberapa tahun mendatang hal ini tak akan menciptakan konsekuensi praktis bagi Rusia.

Sumber: RBTH

Kerjasama Industri Strategis Indonesia – Kroasia



KS 209 YUNANI

Jakarta – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto, dalam kunjungan kerja ke Kroasia beberapa waktu lalu bertemu dengan Presiden Kroasia Kolinda Grabar Kitarovic untuk membicarakan peluang kerja sama ekonomi kedua negara.

Menurut rilis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu, 28/6/2015, dalam pertemuan tersebut Presiden Kolinda menyampaikan beberapa peluang kerja sama Indonesia-Kroasia berkaitan dengan letak strategis pelabuhan-pelabuhan Kroasia, seperti pelabuhan di Kota Rijeka dan kota pelabuhan lain, yakni Split, Zadar, dan Ploce yang dapat menjadi pintu gerbang produk-produk Indonesia untuk dipasarkan di Uni Eropa.

“Kroasia sebagai negara termuda di Uni Eropa mempunyai letak geografis yang strategis dengan Laut Adriatik sehingga mempermudah akses menuju Italia, Hungaria, Austria, dan negara-negara besar lain di Uni Eropa,” tutur Presiden Kolinda.
Sependapat dengan Presiden Kolinda, Suryo Bambang Sulisto menilai bahwa letak strategis Kroasia didukung oleh infrastruktur yang bagus dan mendukung konektivitas Kroasia dengan negara Uni Eropa lainnya.

Untuk mendukung peningkatan ekspor Indonesia ke wilayah Eropa Timur, maka Suryo selaku Ketua Umum Kadin Indonesia memperbarui kerja sama dengan “Croatian Chamber of Economy” dengan menandatangai MoU dan membangun kerja sama dengan beberapa asosiasi pengusaha lain di Kroasia.
“Selain menjajaki kerja sama peningkatan ekspor, kami pun bertemu dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Kroasia, Sinisa Doncic, untuk menjajaki peluang Kroasia dalam mendukung program tol laut pemerintah Indonesia mengingat Kroasia merupakan negara kepulauan dengan 1.000 pulau terletak di Eropa Selatan dan Laut Adriatik,” tutur Suryo.

Selain itu, Suryo juga berkesempatan menemui Panglima Angkatan Bersenjata Kroasia Jenderal Darko Lovric untuk membahas kerja sama industri strategis di sektor industri pertahanan Indonesia-Kroasia.
“Ini penting mengingat Kroasia selain anggota Uni Eropa juga merupakan anggota NATO,” kata Suryo.


ANTARA News
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di garudafighters.blogspot.com